Pembelajaran dengan Memperhatikan Karakteristik Murid
dalam Mewujudkan Merdeka Belajar
Oleh: Ni Made Darmini
CGP Kabupaten Karangasem
Latar Belakang
Seringkali terjadi
salah persepsi dengan mengandaikan murid ibarat “kertas kosong” yang dapat
diisi dengan tulisan apapun. Sementara yang terjadi sesungguhnya adalah murid
ibarat kerta yang tertulis samar-samar. Hal ini dimaksudkan bahwa setiap murid
dari lahir sudah memiliki sifat, bakat, atau karkateristik bawaan yang belum
optimal perkembangannya sehingga dengan pendidikanlah yang akan membuat hal
tersebut menjadi berkembang. Menurut Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan
yang baik adalah yang bersifat menuntun bukan memaksa. Memaksa dalam hal ini
seperti meminta murid untuk menjadi ahli dalam suatu pelajaran A sementara
murid memiliki keterampilan dalam pelajaran B, atau memaksa murid untuk belajar
dengan cara visual sementara mereka memiliki gaya belajar kinestetik. Ibaratnya,
seekor ikan tidak dapat dipaksa untuk memanjat. Hal-hal seperti inilah
yang tidak memberikan ruang merdeka belajar kepada murid dan ini tentu harus
dihindari. Pendidikan sesungguhnya adalah upaya yang bertujuan untuk memberi
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi Pendidikan bukan merupakan suatu paksaan
namun lebih ke arah ‘menuntun’, dimana anak diberi kebebasan sesuai dengan
tahap berpikir dan karakteristik mereka, namun pendidik berperan sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak
dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Dalam menuntun
laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran
pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu bagaikan
bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang
subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun
biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat
tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung
yang disemai itu adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang
gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan
dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Begitupun halnya dengan guru dan murid. Guru memiliki andil yang besar dalam mewujudkan
profil murid di masa mendatangnya, apakah murid akan bertumbuh menjadi pribadi
yang baik atau tidak. Jadi, kualitas pelayanan pendidikan menjadi faktor
penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Pertanyaan sekarang, apakah
pelayanan pendidikan yang terjadi sudah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara?
Sebelum
mempelajari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, penulis menyadari bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih jauh dari penerapan
pemikiran Ki Hajar Dewantara. Proses pembelajaran yang terjadi masih belum
maksimal dalam memandang keunikan karakteristik murid serta masih kurang dalam
pengintegrasian niai karkater dan budi pekerti mulia sehingga proses merdeka
belajar masih belum maksimal diterapkan. Namun, setelah mempelajari pemikiran
Ki Hajar Dewantara, penulis mulai melakukan perubahan dalam paradigma mengajar
dalam upaya memberikan kemerdekaan belajar bagi murid. Berdasarkan pemaparan
tersebut, berikut ini akan ditampilkan kegiatan yang sudah penulis lakukan
dalam upaya mewujudkan merdeka belajar di sekolah yang sesuai dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara.
Deskripsi
Aksi Nyata
Sebelum memulai aksi
nyata, penulis melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait aksi nyata
yang akan dilaksanakan di sekolah. Dari koordinasi ini, Kepala Sekolah sangat
mendukung dengan aksi nyata yang dirancang karena mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
Aksi nyata yang pertama adalah memberikan tes diagnosis awal kepada murid, baik itu tes diagnosis kognitif maupun non kognitif. Tujuan pemberian tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum memulai suatu materi baru serta untuk lebih mengetahui karakteristik peserta didik. Tes diagnosis non kognitif juga dilakukan mengingat murid yang diajar adalah murid kelas VII yang mana semenjak memulai tahun pelajaran baru, guru tidak sempat untuk mengenal lebih jauh karakteristik murid dikarenakan Pandemi COVID-19. Tes diagnosis awal diberikan dengan menggunakan google formulir. Kegiatan aksi nyata yang selanjutnya yaitu membuat video pembelajaran. Video ini dibuat untuk memberikan kualitas pelayanan pendidikan yang lebih baik kepada murid. Mengingat semenjak Pandemi COVID-19, guru dan murid tidak dapat bertatap muka secara intens mengakibatkan proses pembelajaran dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) dengan menggunakan Google classroom dan Whatsapp group. Terkadang banyak guru yang hanya memberikan murid tugas saja, namun untuk pelajaran yang saya ajar yaitu Matematika, proses pembelajarannya tidak bisa dilakukan dengan hanya memberikan tugas atau meminta siswa membaca materi di Buku Paket saja. Agar murid memahami konsep yang diajarkan, bantuan media pembelajaran sangat diperlukan. Kegiatan pembuatan media pembelajaran berbasis video ini mendapat dukungan dari Kepala Sekolah, dan menganjurkan untuk melaksanakan pelatihan pembuatan video pembelajaran kepada rekan guru di sekolah. Penulis merasa senang diberikan kesempatan seperti ini. Selain dapat berbagi ilmu dan keterampilan dengan para guru lain di sekolah, dengan pelatihan pembuatan video pembelajaran ini akan mampu memotivasi guru lain dalam memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik dengan mengguanakan media berbasis video.
Langkah aksi nyata selanjutnya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam materi Matematika yang diajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menumbuhkembangkan karakter positif dan budi pekerti mulia yang ada pada murid. Pengintegrasian nilai karakter dilakukan pada materi yang diajarkan, hal ini bertujuan agar selain menanamkan nilai-nilai positif, juga untuk membantu siswa dalam mengingat dan memahami konsep melalui pembahasan yang kontekstual.
Hasil dari aksi nyata yang dilakukan adalah yang pertama diperoleh data mengenai karakteristik peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Selat, baik dalam hal kognitif maupun non kognitif awalnya. Hasil ini dijadikan pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Namun, ada beberapa data siswa yang kosong dan berdasarkan data dari proses pembelajaran daring yang sudah dilakukan, beberapa siswa tersebut sering lambat bahkan jarang melakukan pengumpulan tugas. Hal ini yang mendasari adanya kegiatan kunjungan ke rumah murid untuk mengetahui kendala murid dalam melakukan proses pembelajaran jarak jauh.
Setelah ditelusuri penyebab murid sering tidak mengumpulkan tugas dikarenakan gangguan jaringan internet yang dialami. Oleh karena itu, diberikan kebijakan untuk mengumpulkan tugas ke sekolah secara langsung namun dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Serta terdapat murid yang dari awal proses pembelajaran tidak pernah mengumpulkan tugas. Saat dihubungi, murid bersangkutan selalu membalas pesan namun tidak pernah ada keinginan untuk mengumpulkan tugas. Akhirnya selaku Wali Kelas, penulis berinisiatif memanggil murid tersebut dan melakukan pendekatan secara personal, sehingga akhirnya murid bisa untuk ke sekolah dan diberikan penjelasan tentang materi pelajaran oleh beberapa guru yang mengajarnya. Berdasarkan hal ini, sangat penting bagi seorang guru dalam mengetahui karakteristik muridnya, sehingga dapat dicarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Selanjutnya, setelah menganalisis hasil tes diagnosis awal murid diperoleh data terkait kelebihan dan kelemahan murid, pelajaran kesukaan, gaya belajar mereka, prestasi yang pernah diperoleh, serta proses pembelajaran yang mereka inginkan. Yang paling menarik dan menjadi perhatian penulis adalah terkait kelamahan yang dimiliki oleh beberapa murid. Mereka menuliskan bahwa kelemahannya adalah “semua ucapan yang menyakitkan saya masukkan ke dalam hati” serta “saya cenderung dan cepat menangis bila dimarahi teman”. Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa murid adalah pribadi yang ingin mendapat kasih sayang, tidak ingin dimarahi, serta ingin memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain. Bergerak dari hal inilah, penulis akan berusaha untuk menjadi seorang guru yang mampu menuntun murid dengan kasih sayang dan sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Selain terkait kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, penulis juga menganalisis proses pembelajaran yang diinginkan oleh murid. Berdasarkan hasil tes diagnosis yang diberikan, menunjukkan hasil sebagai berikut.
Dari hasil di
atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar murid menginginkan guru memberikan
penjelasan terhadap materi yang diajarkan bukan hanya terkait pemberian tugas
saja. Namun, mengingat masa Pandemi COVID-19, dimana proses pembelajaran
berlangsung dari rumah tidak memungkinkan memberikan penjelasan secara
langsung. Oleh karena itu, pemberian media pembelajaran berbasis video sangat
tepat dilakukan. Pembelajaran berbasis video ini dilakukan oleh guru dengan
menyiapkan materi ajar terlebih dahulu dalam bentuk video kemudian mengupload
video tersebut ke youtube serta membagikan link kepada murid.
Namun, bagi murid yang menyukai materi bacaan, guru memberikan bahan ajar dalam
format pdf yang mana bahan ajar tersebut dikemas dalam format yang menarik dan
berwarna. Jadi, guru memberikan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik
murid.
Aksi Nyata yang
terakhir yaitu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan budi pekerti dalam
materi pelajaran Matematika. Biasanya, yang sering terjadi adalah
pengintegrasian nilai ini terdapat pada tahapan pembelajaran, misalnya
mengucapkan salam dan berdoa (karakter religius), ataupun datang tepat waktu
(karakter disiplin). Namun dalam aksi nyata ini, proses pengintegrasian adalah
langsung pada materi yang diajarkan. Seperti saat membelajarkan proses
perkalian pada bentuk aljabar:
Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan
Dengan melaksanakan aksi nyata ini, penulis mendapatkan banyak pembelajaran, Pertama, penulis belajar untuk mengenali karakteristik murid terlebih dahulu sebelum memulai suatu proses pembelajaran. Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terkait bakat, kesenangan, keadaan, keinginan, gaya belajar, dan hal-hal lainnya yang akan digunakan dalam merancang suatu pembelajaran. Dengan data ini, penulis menjadi memahami kondisi murid, dan berusaha melakukan pembelajaran yang mengakomodasi keberagaman karakteristik tersebut. Serta dengan mengadakan kunjungan ke rumah murid yang mengalami masalah pembelajaran jarak jauh (PJJ), membuat penulis menyadari, bahwa saat murid tidak dapat mengumpulkan tugas online, kesalahan tidak sepenuhnya ada pada murid dikarenakan ada kondisi di luar kendali mereka yang tidak dapat dikontrol seperti gangguang jaringan internet atau tidak tersedianya sarana untuk PJJ. Berdasarkan pengalaman ini, penulis menjadi lebih empati dalam menyikapi suatu permasalahan.
Terkait aksi nyata pemberian video pembelajaran kepada murid memberikan kelebihan yaitu siswa lebih memahami konsep yang diajarkan dikarenakan dalam video terdapat pemaparan materi yang lengkap dan jelas serta bersifat kontekstual. Tetapi, kelemahannya adalah tidak semua murid mampu mengakses video ini dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Namun hal ini sudah diatasi dengan pemberian materi ajar cetak dengan tampilan yang menarik untuk dibaca dan dipahami.
Selanjutnya, dengan pemberian pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis video berdampak positif bagi proses pembelajaran di sekolah. Kelebihannya adalah hal ini mampu meningkatkan keterampilan dan kompetensi para guru di sekolah yaitu terkait membuat video pembelajaran dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada murid khususnya di masa Pandemi COVID-19. Selain itu, bagi penulis sebagai narasumber dalam pelatihan tersebut memberikan dampak yang positif yaitu meningkatkan kepercayaan diri penulis dalam berbagi hal-hal positif dan meningkatkan jiwa kepemimpinan serta keterampilan berkomunikasi penulis. Namun kelemahannya adalah pelatihan yang diberikan sedikit sulit diikuti oleh para guru senior serta adanya spesifikasi beberapa laptop yang tidak mendukung pembuatan video pembelajaran tersebut. Namun, secara keseluruhan proses pelatihan berjalan dengan lancar dan memberikan dampak yang positif bagi guru dan murid.
Terkait aksi nyata pengintegrasian nilai-nilai
karakter dan budi pekerti dalam materi pelajaran matematika memberikan banyak
pembelajaran pada penulis. Dengan kegiatan ini, penulis menjadi lebih kreatif
dalam menyusun suatu materi pembelajaran yang mampu mengintegrasikan
nilai-nilai karakter bangsa serta membantu murid lebih mudah memahami suatu
konsep karena dikaitkan dengan keseharian murid khususnya terkait
perilaku-perilaku positif. Namun kelemahannya adalah harus tepat
mengintegrasikan nilai-nilai tersebut pada suatu materi agar tidak memunculkan
kebingungan di kalangan murid.
Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa
Mendatang
Adapun rencana perbaikan terkait aksi nyata yang telah
dilaksanakan adalah membuat format tes diagnosis awal yang lebih mengakomodasi
semua murid, baik yang mengerjakan secara daring maupun luring, sehingga semua
data aspirasi murid diperoleh. Terkait aksi nyata mengajar dengan menggunakan
video, yang perlu diperbaiki adalah durasi dari video sehingga file tidak
terlalu berat ukurannya dan tidak terlalu menghabiskan kuota internet. Untuk
aksi nyata pelatihan pembuatan video pembelajaran, perbaikan yang perlu
dilakukan adalah menyiapkan aplikasi pembuat video yang bisa digunakan oleh
semua perangkat guru di sekolah sehingga semua guru mampu aktif berpartisipasi.
Dalam hal ini yang menjadi solusi pada permasalahan tersebut adalah aplikasi
Camtasia. Terakhir terkait pengintegrasian nilai-nilai karakter dan budi
pekerti dalam materi pelajaran yang perlu ditingkatkan adalah kuantitas
pengintegrasiannya, jadi dalam membelajarkan suatu topik, nilai yang
diintegrasikan nantinya lebih dari satu, sehingga lebih banyak karakter positif
yang dapat didukung untuk ditumbuhkembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar