Jumat, 30 Oktober 2020

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Murid adalah sebuah kertas kosong yang dapat kita tulisi serta pembelajaran adalah suatu proses dari yang tidak tahu menjadi tahu atau dari yang tidak bisa menjadi bisa. Setidaknya itu yang saya percaya mengenai pemikiran peserta didik dan juga pembelajaran sebelum mempelajari Modul 1.1. Pemikiran ini terus melekat dalam pikiran saya sampai beberapa waktu lalu dan ini mempengaruhi pola mengajar saya selama ini sehingga terjadi kecenderungan pembelajaran yang tidak memberikan “kebebasan” kepada siswa. Pembelajaran yang terjadi cenderung berpusat pada guru, kurangnya aktivitas yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya, serta kurangnya pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.

Namun, setelah mempelajari modul 1.1, ternyata konsep murid dan pembelajaran lebih dari itu. Bahwa peserta didik ibarat kertas yang sudah ditulisi samar-samar. Ini mengandung arti bahwa setiap peserta didik adalah individu yang unik dan sudah memiliki karakteristiknya masing-masing, baik dari segi bakat, minat, tingkat kognitif, sosial, dan karakteristik lainnya. Tentu dengan adanya kondisi ini, sebagai pendidik kita tidak bisa menggeneralisasi suatu proses dan memberikan perlakukan yang “sama persis” untuk setiap peserta didik namun sudah seharusnya kita memperhatikan karakteristik masing-masing peserta didik.

Seorang guru/pendidik hendaknya mampu menerapkan tiga hal dengan baik yaitu: Ing ngarso sung tulodo (di depan, seorang pendidik atau guru harus dapat memberi teladan atau contoh tindakan baik), ing madya mangun karso (di tengah atau di antara murid, guru harus menumbuhkan semangat dalam hal menciptakan prakarsa dan ide), dan tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).


Berdasarkan pemahaman di atas, hal yang perlu saya terapkan lebih baik dalam proses pembelajaran di kelas agar mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah dengan menerapkan metode among, dalam artian Pendidikan dan proses pembelajaran bukan merupakan suatu paksaan namun lebih ke arah ‘menuntun’, dimana anak diberi kebebasan sesuai dengan tahap berpikir dan karakteristik mereka, namun pendidik berperan sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dengan adanya sistem pembelajaran jarak jauh yang berlangsung akibat Pandemi Covid-19 sekarang ini, sistem pembelajaran menggunakan moda daring (dalam jaringan), dan hal yang dapat saya terapkan untuk memberikan proses pembelajaran yang menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah dengan memberikan kebebasan yang “terbatas” kepada siswa terkait penggunaan sumber belajar, metode belajar, dan juga mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam substansi materi Matematika yang dibejarkan. Kebebasan dalam memilih sumber belajar misalnya dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan sumber belajar yang mereka temui, atau dapat dilakukan dengan memberikan beberapa sumber belajar yang relevan yang dapat dipilih oleh peserta didik, kemudian memberikan kuosioner kepada siswa yang berisikan poin-poin karakteristik siswa terkait gaya belajar, media yang ingin digunakan dalam proses pombelajaran daring, jenis kegiatan belajar yang mereka pilih, dan juga penyampaian gagasan mereka terkait proses pembelajaran yang telah dilakuakan. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan sebagai bahan refleksi untuk proses pembelajarn selanjutnya. Dengan proses pembelajaran seperti ini duharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan yaitu mewujudkan generasi yang mandiri, penuh daya kreasi, dan berbudi pekerti mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar